Home » , » Titik Nadir Prestasi Bulutangkis Indonesia

Titik Nadir Prestasi Bulutangkis Indonesia

Written By Unknown on Kamis, 03 Januari 2013 | 05.05


INILAH.COM, Jakarta - Prestasi bulutangkis Indonesia selama tahun 2012 masih memprihatinkan. Puncaknya adalah ketika Indonesia gagal mempertahankan tradisi medali di Olimpiade London 2012.

Dalam beberapa tahun terakhir, prestasi Indonesia di olahraga bulutangkis sangat memprihatinkan. Putra-putri kebanggaan Tanah Air seakan kesulitan meraih prestasi di ajang internasional. Prestasi Indonesia di olahraga tepok bulu ini berbanding terbalik dengan Cina. Negeri Tirai Bambu itu hampir selalu menguasai di semua turnamen internasional.

Di tahun ini, Indonesia gagal mempertahankan tradisi meraih medali di ajang Olimpiade. Padahal, Indonesia selalu sukses menyumbang medali sejak Olimpiade Barcelona 1992. Kala itu, medali emas disumbangkan Susi Susanti dan Alan Budikusuma. Sekian lama Indonesia bisa berbangga hati karena bulutangkis selalu menyumbang medali di Olimpiade. Namun, seperti sudah diprediksi sebelumnya, Merah Putih gagal berkibar di Olimpiade London 2012.

Bukan hanya di Olimpiade, Indonesia kembali gagal merebut Piala Thomas-Uber yang tahun ini digelar di Wuhan, Cina. Langkah Tim Thomas dan Uber sama-sama terhenti di babak perempatfinal. Ironisnya, mereka tumbang dari lawan yang sama, Jepang. Padahal, Jepang bukanlah negara yang memiliki tradisi kuat di bulutangkis. Tapi, prestasi atlet Negeri Matahari Terbit itu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tidak main-main, di peringkat dunia per November lalu, Jepang mampu menempatkan beberapa atletnya di 10 besar dunia.

Di tunggal putra, Jepang diwakili oleh Sho Sasaki (8) dan Kenichi Tago (9). Di ganda putri, merea punya empat wakil, yakni Shizuka Matsuo/Mami Naito (6), Mizuki Fujii/Reika Kakiiwa (7), Miyuki Meda/Satoko Suetsuna (9) dan Misaki Matsumoto/Ayaka Takahasi (10). Di ganda putra ada Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (8) dan ganda campuran Shintaro Ikeda/Reiko Shiota (10). Bukan hanya Jepang. Negara-negara yang kekuatannya dulu jauh di bawah Indonesia mulai menggeliat seperti Thailand, Vietnam dan India.

Di beberapa turnamen besar, hanya ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir yang cukup bagus penampilannya selama tahun 2012. Indonesia baru bisa meraih gelar juara di bulan Maret. Gelar juara diraih Tontowi/Lilyana di turnamen All England mengalahkan pasangan Denmark, Thomas Laybourn/Kamilia Rytter Juhl . Sementara itu, Taufik Hidayat yang belum pernah menjuarai All England kembali gagal setelah tumbang di perempatfinal.

Tontowi/Lilyana kembali meraih gelar di turnamen India Open Superseries di bulan April dengan mengalahkan pasangan Thailand, Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam. Ini menjadi gelar juara keduanya di tahun 2012.

Di Kejuaraan Piala Thomas-Uber, Tim Thomas Indonesia bergabung di Grup A bersama Cina dan Inggris. Simon Santoso dan kawan-kawan berhasil mengalahkan Inggris 4-1 di laga perdana. Namun, Indonesia kalah 0-5 di laga kedua oleh Cina. Meski demikian, Indonesia berhak melaju ke perempatfinal. Sayang, langkah Merah Putih terhenti oleh Jepang usai takluk dengan skor 2-3.

Di Piala Uber, Indonesia tergabung di Grup A bersama Cina dan Afrika Selatan. Di pertandingan perdana, Adrianti Firdasari mengalahkan Afrika Selatan 5-0 dan kalah 0-5 dari Cina di laga kedua. Di perempatfinal, langkah Indonesia juga dihentikan Jepang dengan skor 2-3.

Simon Santoso menjadi satu-satunya pelipur lara di Indonesia Open Superseries Premier yang digelar di Jakarta. Ia sukses mengalahkan pebulutangkis Cina, Du Pengyu. Markis Kido/Hendra Setiawan juga sukses merebut gelar juara di turnamen Singapore Open Superseries.

Di Olimpiade London 2012, Indonesia gagal total. Atlet bulutangkis Tanah Air gagal meneruskan tradisi medali di pesta olahraga dunia tersebut. Hanya pasangan Tontowi/Lilyana yang mampu menembus semifinal. Sayang, di laga perebutan medali perunggu, mereka takluk dari pasangan Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.

Kejadian memalukan mencoreng Indonesia dan olahraga bulutangkis secara keseluruhan di Olimpiade London 2012. Di nomor ganda putri, empat pasangan didiskualifikasi karena mencederai fair play dengan bermain tidak serius di laga terakhir fase grup. Hal itu dilakukan untuk memanipulasi pertandingan di babak perempatfinal. Empat ganda putri yang didiskualifikasi adalah Wang Xiaoli/Yu Yang (Cina), Jung Kyung-Eun/Kim Ha Na dan Ha Jung Eun/Kim Min Jung (Korea Selatan) serta Meiliana Jauhari/Greysia Polii (Indonesia). PBSI pun menjatuhkan hukuman sanksi empat bulan yang berlaku hingga 4 Desember 2012.

Di turnamen penutup tahun, BWF Superseries Finals 2012, Indonesia gagal meraih gelar. Bahkan, dua wakil Indonesia, Tontowi/Lilyana dan Muhammad Rijal/Debby Susanto gagal lolos dari fase grup. Di turnamen yang menggunakan sistem grup itu, Owi/Butet gagal lolos dari grup A sementara Rijal/Debby gagal lolos dari Grup B. Turnamen BWF Superseries Finals 2012 adalah ajang yang hanya diikuti pebulutangkis dengan peringkat delapan besar dunia.

Tampaknya, prestasi bulutangkis Indonesia di tahun 2013 tidak akan jauh beda. Pembinaan pebulutangkis muda Indonesia masih kalah jauh dari Cina. Di tunggal putra, Indonesia akan kehilangan Taufik Hidayat yang gantung raket. Regenerasi pun sangat lambat. Belum ada pemain yang selevel dengan Taufik. Hanya Simon Santoso yang masih memiliki prospek bagus sementara Sony Dwi Kuncoro semakin menurun usai pulih dari cedera.

Di ganda putra dan campuran, regenerasi mulai tampak. Banyak pasangan-pasangan muda yang cukup menjanjikan. Indonesia punya Angga Pratama/Rian Agung Saputro, Arya Adiatama/Edi Subaktiar, Marcus Fernaldi Gideon/Agripina Prima Rahmanto Pamungkas serta Muhamad Rijal/Debby Susanto. Regenerasi yang 'mati suri' terjadi di tunggal putri. Tak ada lagi prestasi yang diberikan usai era Susi Susanti dan Mia Audina.

Kini Indonesia memiliki Taufik Hidayat Arena (THA), sebuah arena bulutangkis yang lengkap dengan semua sarananya dibangun di atas tanah seluas 6.600 m2 di Ciracas, Jakarta Timur. Ya, ini adalah persembahan pebulutangkis andalan Indonesia, Taufik Hidayat. Selain memiliki Pelatnas di Cipayung, dengan kehadiran Taufik Hidayat Arena diharapkan bisa menghasilkan bibit-bibit pebulutangkis hebat yang mampu mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.

Fasilitas yang dibangun dengan visi THA, yakni "Untuk Semua, Semua Untuk Indonesia" itu, mengakomodasi segala bentuk minat terhadap bulutangkis. Mereka bisa berlatih sendiri atau mengikuti program-program seperti Badminton for Fun, Premium Package serta Single Spectacular.

Program pertama adalah pelatihan bulutangkis selama tiga bulan untuk usia empat tahun keatas, diperuntukkan bagi mereka yang ingin mengembangkan kualitas dan keterampilannya di atas lapangan. Yang kedua, peserta menginap selama 30 hari dan menjalani program pelatihan intensif.

Program terakhir adalah program untuk level profesional. Tidak hanya soal peningkatan keterampilan dan kualitas bermain, para peserta juga mendapat panduan dalam pengembangan fisik dan peningkatan daya tahan tubuh. Ketiga program ini disusun dan dipandu oleh pelatih pribadi sang juara dunia, Mulyo Handoyo.

Di tahun 2012, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) untuk memilih Ketua Umum baru. Munas digelar di Yogyakarta, 20-22 September 2012. Dari hasil Munas, terpilih Gita Wirjawan sebagai Ketua Umum PBSI baru periode 2012-2016 menggantikan Djoko Santoso.

Gita, yang juga menjabat sebagai Menteri Perdagangan, terpilih sebagai Ketua Umum PBSI setelah mengalahkan calon lainnya, Icuk Sugiarto. Ia pun resmi dilantik pertengahan Desember kemarin. Dalam pernyataannya usai resmi dilantik, Gita memiliki menitikberatkan pada pembinaan atlet muda.

"Pembinaan prestasi itu yang sangat harus digarisbawahi. Hal itu tidak bisa diinterfensi," kata Gita belum lama ini di Pelatnas Cipayung. "Saya akan fokus pada pembinaan prestasi untuk mendongkrak kejayaan bulutangkis Indonesia."

Selain itu, Gita juga akan memperhatikan kesejahteraan pemain dan pelatih. Tak lupa, ia siap memberikan bonus kepada pemain atau pelatih yang berprestasi.

“Tugas sebagai Ketua Umum PBSI tidaklah ringan, sudah banyak pekerjaan rumah yang menunggu. Beberapa hal yang akan menjadi program kerja saya diantaranya adalah penerapan sport science dan penerapan sistem kompensasi atau insentif bagi atlet dan pelatih sesuai dengan prestasinya,” katanya.

Gita berjanji ia bersedia mundur dari jabatannya jika dinilai gagal membawa prestasi di dunia bulutangkis selama masa kepemimpinannya. “Bukan hanya di olahraga saja, di bidang lain pun, jika memang saya tidak bisa menjalankan tugas dan meraih target berupa prestasi, saya siap untuk mundur. Saya memang bukan ahli di bulutangkis, tapi saya ahli dalam urusan manajemen. Inilah yang akan dipadukan dengan rekan-rekan di tim pengurus yang juga mantan pemain yang memang ahli di bulu tangkis."

Semoga, dengan adanya Ketua Umum PBSI baru, prestasi bulutangkis Indonesia di tahun 2013 meningkat dan bisa bersaing dengan negara lainnya seperti Cina, Korea Selatan, Malaysia, Jepang hingga Thailand.


Anda sedang membaca artikel tentang

Titik Nadir Prestasi Bulutangkis Indonesia

Dengan url

http://seoranger.blogspot.com/2013/01/titik-nadir-prestasi-bulutangkis.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Titik Nadir Prestasi Bulutangkis Indonesia

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Titik Nadir Prestasi Bulutangkis Indonesia

sebagai sumbernya

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website
Copyright © 2012. Seo Ranger - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Komputerbutut
Proudly powered by Blogger